Minggu, 02 Oktober 2016

TERAPI GEN

Berbagai penyakit fatal, misalnya kanker, berpangkal pada sel-sel sebagai unit terkecil jaringan. Kejanggalan berawal pada kelainan gen, yaitu kelainan pembawa kode di inti sel. Gen cacat inilah yang membuat sel jaringan menjadi sel-sel kanker.
Para ahli berusaha melawan gen-gen perusak dalam inti sel itu dengan berbagai cara rekayasa genetika. Upaya yang dirintis tersebut dikenal dengan istilah Terapi Gen. Terapi gen adalah perbaikan kelainan genetis dengan memperbaiki gen. Sayangnya, penemuan itu tidak segera dapat diterapkan. Dalam rekayasa genetika, ada kode etik yang melarang keras percobaan ini pada manusia. Rekayasa ini dikhawatirkan disalahgunakan untuk mengubah gen pembawa sifat manusia, misalnya untuk membuat manusia super.
Akan terapi, para ahli tidak selamanya bersikap kaku sebab berbagai penyakit fatal memang sulit disembuhkan kecuali dengan terapi gen. Maka muncul pendapat tentang perlu adanya dispensasi. Dispensasi itu dikeluarkan oleh Komite Rekayasa Genetika dari National Institute of Health (NH) Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990. Dispensasi tersebut mengizinkan penerapan terapi gen untuk dua jenis penyakit yaitu, penyakit menurun yang sangat jarang, seperti Adenosine Deaminase Deficiency (ADD), dan penyakit sejenis kanker kulit yang ganas.
ADD adalah kelainan yang mengakibatkan penderitanya tidak memiliki daya tahan tubuh sama sekali. Kontak dengan kuman apapun akan menyebabkan kematian. Penyakit ini dialami oleh seorang anak dari Texas, AS, yang dijuluki “David The Bubble Boy”. David Vetter meninggal dunia setelah hidup selama 12 tahun dalam balon plastik yang melindunginya dari kontaminasi. Dokter gagal menolongnya melalui transplantasi sumsum tulang.

Rusaknya Sistem kekebalan tubuh pada penderita ADD terjadi akibat sel-sel darah tidak mampu memproduksi enzim adenosin deaminase (AD) yang diperlukan untuk membangun daya tahan tubuh.

Sumber : Biologi SMA kelas 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar